Selalu Ada Cinta Pada BIRU [sepenggal cerita dari JFG III]

Perjalanan kali ini bisa dikatakan perjalanan yang tak terencana alias dadakan. Pagi itu saya segera bergegas ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin setelah malamnya mendengar kabar ada sahabat yang meninggal dunia. Cuaca sangat cerah, langit biru tampak muncul seolah mau menebus kesalahan setelah beberapa hari ini ditutupi terus oleh awan hitam. Memang akhir-akhir ini hujan turun tiada hentinya. Kata orang sih “hujannya awet seperti cintaku padamu… ? “. Oh iya, traveling kali ini menuju sebuah kota yang terkenal dengan sebutan kota Hidden Paradise, Gorontalo. Mungkin lebih pas jika saya katakan bahwa perjalanan kali ini adalah “pulang kampung”, dikarenakan Gorontalo adalah kota kelahiran saya. ? Setidaknya tujuan saya melakukan traveling ke kampung halaman sendiri adalah menghadiri pemakaman sahabat saya, Ayini Wahidji yang meninggal dunia Kamis 26 Desember 2013. Selain itu juga untuk menghadiri undangan mengikuti Jambore Fotografi Gorontalo ke 3, yang mana kegiatan ini adalah event tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas Masyarakat Fotografi Gorontalo yang saya sendiri adalah bagian dari keluarga besar komunitas tersebut. ? Oh iya, perjalanan ini juga sekalian ajang silaturahmi dengan keluarga besar saya, yang lumayan lama ngga pernah saya kunjungi.

Jam 10 pagi saya tiba di Bandara berharap masih mendapatkan tiket pesawat untuk ke Gorontalo hari itu juga. Alhamdulillah pagi itu saya beruntung, ternyata harga tiket pesawat agak murah, belum lagi ditambah dengan potongan lainnya karena saya membeli tiket menggunakan debit dari Bank ternama. Dengan “si Biru” Garuda Indonesia, akhirnya saya mendarat juga di kampung halaman. Cuaca yang sedikit lebih panas langsung saya rasakan, tapi semua itu langsung ditutupi dengan segala kerinduan yang melanda diri saya. Rindu bertemu orang tua, rindu bertemu dengan sahabat-sahabat terbaik, rindu dengan makanan khasnya, pokoknya rindu serindu-rindunya deh.. ?

Begitu tiba di Kota Gorontalo, saya langsung menghubungi teman-teman untuk minta ditemani ke rumah duka almarhumah sahabat saya. Ternyata saya sudah ngga sempat menghadiri acara pemakamannya. Almarhumah dimakamkan jam 9 pagi, sedangkan saya baru tiba di Gorontalo jam 13.30. Akhirnya saya putuskan untuk langsung ziarah ke pemakamannya saja. Almarhumah bagi saya adalah sahabat terbaik. Orangnya smart, supel, dan jarang bahkan tidak pernah mengeluh kalau ada masalah yang menimpa dirinya.

Ziarah Makam Alm. Ayini Bersama Rekan MFG

Hari berikutnya saya gunakan sepenuhnya mengunjungi orang tua. Lumayan lama saya tidak bersua dengan mereka. Seperti biasa kalau saya pulang kampung, Ibu selalu menyiapkan makanan kesukaan saya. ?

Minggu pagi 29 Desember 2013, saya terbangun dengan dering handphone dari rekan MFG yang sebelumnya sudah janjian untuk jalan bersama ke tempat pelaksanaan Jambore Fotografi. Tapi ketika saya angkat malah tidak ada suara yang saya dengar. Ya sudahlah, saya juga ngga enak untuk menelpon balik mereka, karena perkiraan saya mungkin mereka sudah siap ke lokasi sedangkan saya baru saja bangun. ? lagian jarak antara rumah saya dengan mereka lumayan jauh. Akhirnya saya putuskan untuk pergi sendiri ke lokasi dengan mengendarai sepeda motor milik adik. Tentu dalam pikiran saya waktu itu, kalau naik motor pasti bisa singgah dibeberapa tempat yang bagus untuk motret.

Perjalanan ke tempat pelaksanaan Jambore Fotografi lumayan jauh. Dari rumah saya memakan waktu 40-50 menit tergantung macet. Jika dari Kota Gorontalo sendiri hanya memakan waktu 15 menit. Dugaan saya tepat, sepanjang perjalanan saya disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa indahnya. Lautan biru dan langit yang biru, seolah sepakat menyatu untuk membuktikan keindahan mereka. Sebuah keindahan dari Sang Maha Karya. Selama perjalanan, saya tidak berhenti berdecak kagum dengan keindahan ini. Dalam hati saya tiba-tiba tersentak “Maka, nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?” Ini sebagian foto yang sempat saya abadikan menggunakan kamera handphone yang saya miliki. Selamat Menikmati. ?

Bagian Selatan Gorontalo

Setelah puas menikmati perjalanan menuju venue Jambore Fotografi Gorontalo ke 3, saya langsung tancap gas menyusuri jalanan yang sempit dan berkelok. Panas yang menyengat tidak menurunkan semangat saya untuk mengikuti event ini. Event yang setiap tahun diadakan oleh komunitas Masyarakat Fotografi Gorontalo (MFG) ini, bertujuan untuk mengangkat lokalitas daerah. Gorontalo sangat kaya dengan potensi-potensi wisata, budaya. Maka, dengan event ini, MFG mencoba mempromosikan Gorontalo ke mata dunia. Pelaksanaan Jambore Fotografi ini pun sengaja dipilih lokasi di Desa Wisata Religius Bubohu, Bongo, karena ditempat ini akan dilaksanakan sebuah festival budaya terbesar di Gorontalo. Namanya Festival Walima, yang nanti akan dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2014. Sesuai informasi yang saya dapat, festival ini nanti akan lebih meriah dibanding tahun sebelumnya. Mengenai bagaimana model festivalnya, masih dirahasiakan. ? Yang jelas lebih meriah dari tahun-tahun kemarin.

Desa Wisata Religi Bongo

Begitu sampai di lokasi Jambore, ternyata acaranya sudah dimulai. Pak Idham Ali sebagai ketua MFG, memberikan kata sambutan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan dan rangkaian acara Jambore Fotografi Gorontalo ke 3. Peserta yang ikut lumayan banyak, terdiri dari anggota MFG sendiri dan komunitas forografi yang ada di Gorontalo. Rangkaian acara Jambore Fotografi kali ini berbeda dengan sebelumnya. Selain Pameran dan Lomba Foto, ada juga sesi workshop Digital Imaging yang diisi oleh Mohamad Halid alias Om Baron. Beliau ini memang sangat pakar dalam mengolah foto dengan menggunakan software photo*hop. Workshop selanjutnya tentang Fotografi Makro yang diisi oleh Pak Tamin Ibrahim, seorang dosen senior di salah satu Universitas terkemuka di Gorontalo yang telah lama mendalami hobi fotografi. Pak Tamin mendeskripsikan secara gamblang tentang fotografi makro yang mudah dan murah, cukup di halaman rumah saja kita sudah mendapatkan objek yang akan kita foto. ? Terakhir adalah sharing foto yang dibawakan oleh Uchan Sasaja perwakilan dari komunitas Spot Fotografi Gorontalo.

Workshop Fotografi

Sesi yang terakhir setelah workshop adalah sesi yang paling ditunggu-tunggu oleh fotografer. Sesi foto model. ? Model yang akan dipotret oleh para fotografer-pun bukan model sembarang ahahhaa… iya betul. Modelnya adalah Venska yang merupakan perwakilan dari Gorontalo dalam ajang Putri Indonesia 2014. Model yang satunya tidak kalah cantiknya, Muvida. Muvida ini sendiri adalah Nou Provinsi Gorontalo 2014. Mereka berdua menggunakan baju adat kebesaran Gorontalo.

Foto Model dengan Baju Adat Gorontalo

Nah, sesi foto model adalah penutup dari rangkaian acara Jambore Fotografi Gorontalo ke 3. Acara yang seru kembali saya rasakan dengan teman-teman MFG. Semoga pada Jambore Fotografi ke-4 saya bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabat terbaik. Besok paginya saya harus siap-siap kembali ke Makassar untuk menjalani rutinitas seperti biasa. Bahagia yang luar biasa yang bisa saya rasakan ketika berakhir pekan terakhir di tahun 2013 bersama teman-teman MFG. MFG is my Family. MFG is Blue. I Love Blue.

Leave a Reply