Pesan Cinta Dari Sade

Teriknya matahari menemani perjalanan menuju sebuah tempat yang mana adat dan budaya masih dijunjung tinggi. Tempat itu bernama Dusun Sade Desa Rembitan, sebuah pemukiman yang merupakan salah satu desa adat yang menjadi tempat tinggal Suku Sasak di Lombok. Lokasinya masih terletak di wilayah Pujut, Lombok Tengah.

Untuk bisa mengunjungi Dusun Sade ini sangatlah mudah, karena terletak di tepi jalan utama jika kita menuju Pantai Kuta, Lombok. Jika dari Bandara Internasional Lombok, Praya, kurang lebih lama perjalanannya sekitar 15 menit. Bisa menggunakan taksi argo ataupun mobil rental.

Disini, kita masih bisa menemui sebuah pemukiman dimana budayanya masih terjaga keasliannya sampai sekarang. Satu hal yang tidak mudah memang, menjunjung dan memegang teguh adat ditengah kepungan modernisasi. Walaupun infrastruktur tersedia seperti listrik, telekomunikasi dan perhatian yang lebih dari pemerintah setempat, Sade masih tetap membumi, mereka memilih mengabaikan modernisasi dan terus melestarikan tradisi budaya.

Keunikan Dusun Sade dapat kita lihat dari rumah tradisional yang masih berdiri tegak. dan memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Rumah yang disebut Rumah Lombon atau Bale Tani ini terdiri dari tiga bagian yaitu dapur, kamar tidur anak gadis, dan ruang depan untuk tempat tidur para pria. Rumah ini beratapkan ilalang yang bisa bertahan sampai delapan tahun, dinding terbuat dari anyaman bambu, dan lantai rumah terbuat dari campuran tanah liat, kulit padi dan kotoran sapi. Rumah tersebut ada yang untuk hunian, lumbung padi, dan tempat upacara. Bagian depan rumah dibuat sedikit rendah, jadi ketika ada orang yang mau memasuki rumah harus dengan membungkuk yang menjadi isyarat penghormatan bagi penghuni rumah. Cara perawatan untuk membersihkan lantaipun sangat unik. Seminggu sekali lantainya dipel menggunakan kotoran kerbau dicampur sedikit air, setelah kering disapu dan digosok dengan batu. Perawatan dengan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu, memperkuat lantai, serta menghangatkan rumah di malam hari. Selain itu, mereka percaya bahwa kotoran kerbau dapat mengusir nyamuk dan menangkal serangan magis yang ditujukan pada penghuni rumah.

Rumah adat Sasak ini hanya salah satu bagian dari banyak kearifan lokal yang dimiliki dusun Sade. Ada satu adat istiadat Sasak yang sempat mengusik rasa penasaran, yakni “Penculikan Cinta” yang sangat terkenal ceritanya. Bagi mereka, jika ada seorang laki-laki ingin menikahi seorang gadis, laki-laki tersebut harus “menculik” gadis pujaan hati. Masyarakat suku Sasak tidak mengenal istilah pertunangan. Pertunangan malah menjadi hal yang tabu bagi mereka. Tentu penculikan ini bukanlah penculikan yang penuh ancaman. Setelah sang gadis diculik, beberapa hari kemudian pihak laki-laki akan mengirim utusan adat untuk memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anak gadisnya sudah diculik dan akan dinikahkan. Sebuah penculikan cinta yang berujung pada pernikahan secara terhormat.

Bagi masyarakat suku Sasak, penculikan cinta ini dianggap lebih kesatria dibandingkan dengan melamar secara baik-baik. Kelihatannya memang mudah, tapi banyak aturan adat yang harus dipenuhi. Seperti, penculikan harus dilakukan pada malam hari, dan laki-laki yang akan menculik harus membawa teman atau kerabat sebagai pengecoh dan saksi serta pengiring, supaya proses penculikan tidak terlihat oleh siapapun. Apabila proses penculikan terlihat oleh keluarga pihak perempuan ataupun orang lain, maka lelaki ini akan dikenakan denda oleh pihak perempuan dan pihak desa. Sangat epik bukan..? ?

Ada pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa “penculikan cinta” ini. Yakni sang laki-laki ingin menunjukkan rasa tanggung-jawabnya pada keluarga perempuan. Terlebih bahwa laki-laki akan “mengambil” anak gadis untuk dinikahi. Bukankah pernikahan itu merupakan sebuah perjanjian yang sakral dihadapan Tuhan? ?

Leave a Reply